Namanya adalah Barakah
binti Tsa’labah bin Amru bin Hishan bin Malik bin Salmah bin Amru bin Nu’man
Al-Habasyiyah
Pendeknya adalah Ummu Aiman. Beliau senantiasa mengasuh Rasulullah hingga dewasa. Saat Beliau SAW menikah dengan Khadijah binti Khuwailid, beliau memerdekakan Ummu Aiman yang kemudian dinikahi oleh Ubaidullah bin Haris Al-Khazraji, darinyalah ia melahirkan Aiman yang pada gilirannya Aiman ikut berhijrah dan berjihad bahkan syahid tatkala perang Hunain.
Nabi SAW memuliakan Ummu Aiman, beliau sering mengunjunginya dan memanggilnya dengan kata “Wahai ibu…” Beliau bersabda:
“Beliau (Ummu Aiman) adalah termasuk ahli baitku.” Beliau juga bersabda: “Ummu Aiman adalah ibuku setelah ibuku.”
(diriwayatkan oleh Al-Hakim IV/63 dan Al-Asqalani dalam al-Ishbah VIII/213 serta Ibn Sa’ad dalam Ath-Thabaqatul Kubra VII/223
Rasulullah SAW bersikap lemah lembut kepadanya dan terkadang mengajaknya bercanda karena ia seperti ibunya sendiri. Telah diriwayatkan bahwa suatu ketka ia berkata kepada Rasulullah SAW,
Pendeknya adalah Ummu Aiman. Beliau senantiasa mengasuh Rasulullah hingga dewasa. Saat Beliau SAW menikah dengan Khadijah binti Khuwailid, beliau memerdekakan Ummu Aiman yang kemudian dinikahi oleh Ubaidullah bin Haris Al-Khazraji, darinyalah ia melahirkan Aiman yang pada gilirannya Aiman ikut berhijrah dan berjihad bahkan syahid tatkala perang Hunain.
Nabi SAW memuliakan Ummu Aiman, beliau sering mengunjunginya dan memanggilnya dengan kata “Wahai ibu…” Beliau bersabda:
“Beliau (Ummu Aiman) adalah termasuk ahli baitku.” Beliau juga bersabda: “Ummu Aiman adalah ibuku setelah ibuku.”
(diriwayatkan oleh Al-Hakim IV/63 dan Al-Asqalani dalam al-Ishbah VIII/213 serta Ibn Sa’ad dalam Ath-Thabaqatul Kubra VII/223
Rasulullah SAW bersikap lemah lembut kepadanya dan terkadang mengajaknya bercanda karena ia seperti ibunya sendiri. Telah diriwayatkan bahwa suatu ketka ia berkata kepada Rasulullah SAW,
“Wahai Rasulullah bawalah (ajaklah) aku.” Maka Nabi SAW berkata: “Aku akan membawamu di atas anak onta.” Ummu Aiman berkata: Anak onta tidak akan mampu membawaku, lagi pula aku tidak menyukainya.” Nabi bersabda: “Aku tidak akan memabawamu kecuali dengan anak onta.” Ini adalah canda Rasulullah SAW kepada Ummu Aiman, hanya saja sekalipun beliau bercanda namun tidak mengatakan kecuali yang benar, sebab setiap unta seluruhnya adalah anak unta.
***
Datang seorang perempuan lain, dia memberitahu Rasulullah SAW,” Ya Rasulullah, suamiku jatuh sakit. Dia memanggilmu”. “Semoga suamimu yang dalam matanya putih”, kata Rasulullah SAW.
Perempuan itu kembali ke rumahnya. Dan dia pun membuka mata suaminya. Suaminya bertanya dengan keheranan, “kenapa kamu ini?”.
“Rasulullah memberitahu bahwa dalam matamu putih”, kata istrinya menerangkan. “Bukankah semua mata ada warna putih?” kata suaminya.
***
Seorang perempuan lain berkata kepada Rasulullah SAW,
“Ya Rasulullah, doakanlah kepada Allah agar aku dimasukkan ke dalam syurga”. “Wahai ummi fulan, syurga tidak dimasuki oleh orang tua”.
Perempuan itu lalu menangis.
Rasulullah menjelaskan, “tidakkah kamu membaca firman Allah ini,
“Serta kami telah menciptakan istri-istri mereka dengan ciptaan istimewa, serta kami jadikan mereka senantiasa perawan (yang tidak pernah disentuh), yang tetap mencintai jodohnya, serta yang sebaya umurnya”.
Para sahabat Rasulullah SAW suka tertawa tapi iman di dalam hati mereka bagai gunung yang teguh. Na’im adalah seorang sahabat yang paling suka bergurau dan tertawa. Mendengar kata-kata dan melihat gelagatnya, Rasulullah turut tersenyum.
***
‘Aisyah berkata: “Saya keluar bersama Rasulullah SAW dalam suatu perjalanan. Ketika itu saya masih sangat muda sehingga belum punya beban tubuh yang berat. Beliau bersabda kepada para sahabat, “Duluanlah kalian!” Maka merekapun mendahului kami. Kemudian beliau bersabda kepadaku, “Marilah kita berlomba lari dan saya akan berusaha mengalahkanmu. Maka kami berlomba lari dan saya dapat memenangkan beliau. Setelah berselang waktu dan tubuhku menjadi gemuk dan aku teleh lupa peristiwa itu, saya melakukan perjalanan bersama beliau. Maka beliau bersabda kepada para sahabat, “Duluanlah kalian”. Maka merekapun mendahului kami. Beliau bersabda: “Mari kita berlomba dan aku akan mengalahkanmu.” Waktu itu saya sudah lupa dengan peristiwa serupa di masa yang lampau, sementara saya sudah berbadan gemuk. Saya berkata: “Bagaimana aku bisa mengalahkanmu ya Rasulullah, badan saya seperti ini?” Beliau bersabda: “Ayolah!” Maka kami berlomba dan beliau memenangkannya sehingga beliau tertawa dan bersabda: “Ini pembalasan terhadap kekalahanku di masa lalu”
Demikianlah cara Rasulullah SAW bergurau. Bergurau tanpa berbohong. Berbeda dengan kita bukan? Saat kita bergurau, kita berandai-andai, kita berbohong dan pada akhirnya kita bilang, “Itu cuman bercanda”. Kebohongan yang kecil memang, tapi diri ini terbiasa dengan kebohongan.
Semoga kita berangsur-angsur dapat melindungi diri dari kebohongan sekecil apapun.
Referensi:
- Wanita-wanita Teladan Di Masa Rasulullah SAW. Oleh Mahmud Mahdi Al Istanbuli dan Musthafa Abu An Nashr Asy Syalabi. Penerbit Pustaka At-Tibyan
- 1001 KISAH TELADAN. BY HEKSA - heksa@bigfoot.com
m� f l �� �?� nde', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 16px; orphans: 2; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px; -webkit-text-size-adjust: auto; -webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: rgb(255, 255, 255); ">
- Wanita-wanita Teladan Di Masa Rasulullah SAW. Oleh Mahmud Mahdi Al Istanbuli dan Musthafa Abu An Nashr Asy Syalabi. Penerbit Pustaka At-Tibyan
- 1001 KISAH TELADAN. BY HEKSA - heksa@bigfoot.com
Muhammad Nafis Abdullah
jalanroda[at]gmail.com
0 comments:
Posting Komentar
Silakan isi box ini jika ingin berkomentar