Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Pikiran kita, membantu kita
Pada sebuah majelis, seorang trainer mengajak kepada audiens untuk berfikir. Ia pun bertanya “Bagaimana bila penjara kita hapuskan?”
Audiens pun menjawab dengan berbagai dalih yang menentang usul tersebut.
“Bila penjara dihapuskan, maka kita akan hidup bersama dengan para penjahat. Saya menolaknya!!!”
“Bila penjara dihapuskan, maka kita akan hidup bersama dengan para penjahat. Saya menolaknya!!!”
“Tidak akan ada kedamaian dikehidupan kita. TOLAK USUL ITU!!!”
“Hidup kita akan senantiasa terancam karena
penjahat-penjahat berkeliaran. Saya tidak setuju!!!”
Itulah argumentasi, komentar dan penilaian yang diberikan audiens untuk pertanyaan sang trainer tersebut. Dan masih ada 1001 alasan lagi yang dipikirkan para audiens. Sang trainer terus memaksa audiens untuk berfikir, bagaimana bila kita meniadakan penjara. Audiens tetap pada pendiriannya. Sampai akhirnya, si trainer tetap mengajak audiens untuk memikirkan saran tersebut. Para audiens masih dalam keadaan tidak setuju. Mereka diam. 1 menit, 2 menit. Lalu setelah 10 menit kemudian, barulah ada yang memecah kesunyian.
“Bila penjara mesti kita tiadakan, maka kita harus meningkatkan ekonomi kita, karena kejahatan sebagian besar dikarenakan sebab ekonomi yang buruk.”
“Kita mesti meningkatkan kepedulian sosial kita, bila ada yang susah, segera kita bantu dia, agar kesenjangan sosial yang berujung kejahatan bisa kita hindari.”
Yang lain pun tidak ingin kalah, mereka pun ikut menjawab solusi bila penjara ditiadakan.
“Kita mesti meningkatkan pendidikan warga negara dengan mendirikan sekolah-sekolah gratis. Pendidikan yang baik bagi warga akan mengakibatkan warga mudah mendapat pekerjaan, atau malah membuat lapangan kerja baru, hal ini akan mengurangi tindak kejahatan.”
“Aparat kita mesti kita didik sebaik-baiknya, agar menjadi teladan yang baik bagi warga, sehingga aparat negara dicintai warganya. Dan pada akhirnya kejahatanpun tidak ada atau setidaknya kecil.”
Dan 1001 solusi mereka utarakan pada trainer.
Mendengar hal itu, trainer tersenyum. Dia pun menjelaskan pada audiens tentang mengapa dia bertanya pertanyaan seperti itu.
“Pikiran kita, selalu membantu kita untuk berfikir apa saja. Entah itu baik atau buruk. Entah itu menolak atau menerima. Sebelumnya kita telah menyaksikan bagaimana anda menolak usul saya, tentang dihapuskannya penjara. Karena anda menolak pemikiran itu, maka pikiran anda membantu anda, dengan membeberkan ‘bukti-bukti’ mengapa hal itu mesti ditolak. Dan kita pun sudah mendengar, alasan-alasan penolakkan anda. Lalu saat anda terus dipacu untuk menerima pemikiran itu, maka pikiran andapun membantu anda, dalam mencari solusi. Kitapun telah mendengar, apa saja solusi yang bisa kita lakukan.”
Berpikirlah BISA
Benar teman. Pikiran kita akan membantu kita pada setiap sikap kita. Bila kita bersikap “tidak setuju”, maka pikiran kita pun akan membeberkan bukti-bukti mengapa kita tidak setuju. Sebaliknya, bila kita menyetujui hal itu, maka pikiran kita pun akan membantu kita mencari solusi-solusi untuk mengatasi masalah tersebut.
Sekarang kita tahu, pikiran kita akan selalu membantu kita, lalu apa yang bisa kita lakukan? Banyak sekali teman. Mulai sekarang, cobalah kita berfikir KITA BISA!!! Bila kita ingin kuliah, sedangkan tidak ada biaya, berpikirlah kita BISA!!! Maka pikiran kitapun dengan sendirinya akan menawarkan solusi-solusi terbaik,
“Saya berkemampuan untuk membuat website, maka saya akan menjadi webdesainer yang hasilnya untuk membiayai kuliah saya”.
“Saya bisa membuat desain baju, saya akan menawarkan desain-desain saya ke distro-distro, teman-teman terdekat, blog saya dan yang lainnya. INI PASTI BERHASIL!!!”
“Saya bisa cari kerja part-time, ngelesin private anak SD pelajaran matematika, apa saja, Pokoknya SAYA PASTI BISA!!!”
Bila kita ingin menikah, maka penuhi pikiran dengan kata, saya pasti mampu! Saya pasti menemukan jalannya!! Saya pasti BISA!!! Maka pikiran kita pun akan memberikan kita solusi-solusi,
“Saya sudah bosan berbuat zinah, walaupun pacaran dosanya kecil-kecil, tapi saya merugi!! Pahala saya tiap hari di bakar dengan dosa zinah kecil. Kalo menikah memegang tangan saja sudah bernilai ibadah. BUkankah itu suatu keuntungan dan keindahan. Saya sudah bosan berbuat ingkar. Saya ingin taat!!! Saya pasti bisa menikah! Walaupun hutang dimana-mana, Alloh Maha Kaya. Walaupun belum siap, saya bisa berkumpul dengan orang-orang yang sudah menikah, agar motivasi menjadi kuat. Walaupun belum mendapat pekerjaan, pasti ada jalannya, kambing mencari rizki dengan mulut, maka dia hanya dapat rumput. Manusia punya akal, banyak jalan mendapat rizki-Nya.”
“Guru saya pernah berkata, jangan lupa tahajud dan sedekah. Hal ini pasti akan membuat saya bisa menikah. Tahajud mendekatkan saya pada Alloh, ikhtiar saya pasti akan bernilai plus plus. Sedekah akan memperkaya saya dunia akhirat. Pasti saya bisa segera menikah. Pasti Alloh akan membantu saya!!! Pasti saya akan segera menikah. PASTI PASTI!!!
Bila kita ingin berhaji, atau menghajikan orang tua, maka berpikirlah itu mungkin!!! Itu bisa!!! Kita sanggup!!! Maka pikiran kita pun akan membantu memberikan solusi,
“Saya tidak bisa sedekah, tapi saya bisa membuat orang lain bersedekah. Saya akan menjadi jalan bagi orang lain untuk bersedekah, dan menjadi jalan pula bagi orang yang membutuhkan sedekah. Saya akan cari orang-orang yang mampu, dan orang-orang yang membutuhkan. Mudah-mudahan saya kecipratan rizki juga. Kalo sudah punya rizki, saya pun akan bersedekah. Sedekah membantu saya mendapatkan rizki yang berlipat dari-Nya. Jika saya sudah punya rizki yang berlipat, pasti saya akan bisa berhaji atau menghajikan ortu ke tanah suci. YA ITU BENAR!!! SAYA AKAN LAKUKAN ITU!!!
“Saya tidak bisa sedekah, tapi saya bisa membuat orang lain bersedekah. Saya akan menjadi jalan bagi orang lain untuk bersedekah, dan menjadi jalan pula bagi orang yang membutuhkan sedekah. Saya akan cari orang-orang yang mampu, dan orang-orang yang membutuhkan. Mudah-mudahan saya kecipratan rizki juga. Kalo sudah punya rizki, saya pun akan bersedekah. Sedekah membantu saya mendapatkan rizki yang berlipat dari-Nya. Jika saya sudah punya rizki yang berlipat, pasti saya akan bisa berhaji atau menghajikan ortu ke tanah suci. YA ITU BENAR!!! SAYA AKAN LAKUKAN ITU!!!
Bermimpilah dan berpikirlah
Saudaraku..
Benar sekali, akal kita merupakan karunia Alloh yang sangat berharga. Membedakan kita dari hewan. Memungkinkan kita menjadi malaikat, ataupun lebih jauh diatasnya. Namun juga bisa membuat kita menjadi iblis ataupun lebih buruk. Lalu apa yang akan kita pilih??? Apakah kita memilih untuk bersikap memberontak, tidak setuju, pesimis, ingkar dan istilah-istilah negatif lainnya? Atau kita akan terus berpikir positif??? Dari cerita diatas, tentunya kita mesti memilih untuk bersikap positif. Karena hal itu produktif dan solutif. Dalam hidup ini, teruslah bermimpi dan berpikir kita bisa.
Bermimpilah menjadi orang yang sholeh atau sholehah dan perpikirlah kita bisa!!! Bermimpilah untuk menikah dan berpikirlah kita bisa!!! Bermimpilah untuk menjadi suami dan ayah yang baik dan berpikirlah kita bisa!!! Bermimpilah untuk menjadi istri dan ibu yang baik dan berpikirlah kita bisa!!! Bermimpilah bisa berangkat haji dan berpikirlah kita bisa!!! Berpikirlah kita bisa hidup baik dan berpikirlah kita BISA!!! Bermimpilah dan berpikirlah kita bisa!!! Bermimpilah dan berpikirlah kita bisa!!! Bermimpilah dan berpikirlah kita bisa!!! Jangan biarkan pikiran kita sibuk untuk mencari bukti-bukti ketidakmampuan kita.
Kita adalah muslim
Namun saudaraku..
Sebagai seorang muslim, tentunya kita mesti memfilter keinginan-keinginan kita. Dan juga memilah dan memilih apa saja solusi yang baik untuk dilakukan. Apa yang kita lakukan mesti sesuai dengan syariah. Karena bagi muslim, kita berserah diri dengan segala hukum-hukumnya. Kita percaya apa yang di Dia perintahkan kepada kita adalah untuk kebaikan kita. Bila kita ingin kaya dengan berdagang, maka berdaganglah secara syar’i. Hindari riba, mencurangi timbangan, spekulasi, dll. Bila kita ingin lulus ujian, maka belajarlah yang baik dan jangan malah berbuat curang. Bila belum bisa, maka berpikirlah kita pasti bisa sambil berusaha untuk tidak berbuat curang.
Bila kita memang untuk berniat menikah, bagian dari afirmasi kita, bagian dari peta hidup kita, maka lakukanlah apa yang di syariatkan agama. Jangan malah berfikir, bulan Maret saya akan menikah, maka dari itu saya akan mencari uang sebanyak-banyaknya, dan sekalian berkenalan dan berpacaran dengan seorang gadis. Ini merupakan bentuk dari pemikiran terbalik. Pacaran adalah hal diluar islam. Bagaimana bila rencana itu tidak terjadi. Kita malah putus dengan pacar kita? Kita sudah berpegangan tangan, berdua-duan, berpelukan, bahkan berciuman, namun pada akhirnya, tidak jadi menikah. Dosa sudah dilakukan, rencana tak terkabulkan. Lose lose solution. Lalu apa yang akan terjadi? Putus cinta, sakit hati, permusuhan, bunuh diri??? Naudzubillah.
Kalau istilah gaul untuk menanggapi ini tak lain dan tak bukan adalah “CAPEK DECH!!”
Saya jadi teringat kata-kata ustadz saya. Kalo calon kita dinikahi orang lain.. “Enjoy ajah… berarti itu bukan jodoh kita. Itu bukan takdir kita. Takdir itukan kalau sudah terjadi, baru kita ketahui. Ini belum apa-apa sudah bilang, barangkali dia jodohku, barangkali dia takdirku, saya mencintainya..”
Tentunya calon diatas bukan berarti pacar, namun hanya sebatas target atau calon khitbah.
Saya juga jadi teringat perkataan Aa Gym -BTW bagaimana ya kira-kira kabar si Aa? Mudah-mudahan tetap zuhud dan tawadhu ya A. Barakallohufikum. Allohuma amin- yang kira-kira seperti ini, “Cinta itu ada saat kita melakukan ini itu bersama. Suka cita bersama. Duka lara bersama.”
Benar juga. Kadang orang yang menganut mazhab pacaranisme bilang ke pacarnya “I Love you. Aku mencintaimu. Tak bisa hidup tanpamu” dan seterusnya, padahal yang dia rasakan baru suka citanya saja. Belum menderita bersama. Your love must be tested pal.
***
Lalu dalam skala lebih besar lagi, saat kita ingin membuat pemerintahan yang syar’i dan sesuai perintah Nabi SAW, maka berpikirlah kita bisa. Jangan penuhi dengan pikiran,
“Umat belum siap!”
“Mustahil, dunia ini begitu heterogen, kita pasti tidak akan bisa, ini sudah sunatullah!”
“Nabi Yusuf saja masuk dalam sistem yang tidak islami, maka mengapa tidak?”
“Sebaiknya kita urus dulu saja diri kita, apa sudah taat apa belum, jangan berpikir terlalu jauh dulu!”
Jangan lah berpikir seperti itu teman-teman. Itu tidak membangun. Berpikirlah,
“Umat ini akan kita buat siap!! Akan kita lakukan dakwah lebih masif lagi. Aku ingin menjadi bagian dari sejarah. Aku ingin menjadi salah satu pejuang!!!”
“Nabi SAW saja dulu masih dalam keadaan heterogen, tapi sistem islam bisa dijalankan, hingga kejayaannya sampai 13 abad ditengah ke heterogennya. Jadi mengapa tidak???”
“Kita hidup dengan syariah Nabi Muhammad SAW, dan kita mesti meninggikan syariahnya.”
“Sambil memperbaiki diri sendiri, kita juga ajak yang lain agar dakwah ini merata, umat terbina, dan terus kearah yang lebih baik. Jadilah bagian dari sejarah!!!”
Islam agama sempurna
Kesimpulannya saudaraku…
Penuhilah pikiran kita dengan hal yang positif, dengan kata mungkin, bisa, mampu. Jangan penuhi pikiran kita dengan hal-hal yang negatif, karena pikiran kita tergantung sikap kita. Apa yang kita inginkan, dia akan membantu kita.
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya… ” – QS Al-Baqarah [2]: 31
Bapak kita saja Nabi Adam as mampu untuk menampung nama-nama seluruh benda. Maka kita keturunannya pun pasti bisa melakukannya.
Namun perlu di garis bawahi lagi. Kita adalah muslim. Kita berbeda dengan orang yang bersemangat karena menyembah gunung. Kita berbeda dengan semangat orang yang menyembah patung, manusia, nenek moyang, kesombongan, akal. Kita harus bersemangat karena Alloh. Karena ingin mendapat tempat yang mulia disisi-Nya. Karena ingin mendapat rahmat-Nya.
Tambahan lagi saudaraku…
Pintar-pintarlah juga dalam memilah dan memilih informasi. Saya perhatikan ada juga orang-orang islam yang bersemangat dan menjadi murtad, hanya karena dia menemukan sesuatu yang sebenarnya sudah ada dalam Islam. Psikolog barat mengenal ini dengan The Power Of Sub-Conscious mind. The secret mengenal ini dengan Afirmasi. Lalu Islam mengenal ini dengan apa? Qona’ah? Ikhtiar? Naturalis mengenal ini dengan apa? Humanis matrealis atheis agnostis mengenal ini dengan apa?
Apapun namanya, Islam sudah sempurna, tidak adalagi alasan untuk memilih yang lain. Tidak ada alasan lagi bahwa “saya belum mendapat hidayah”, Al-Quran adalah hidayah, maka kajilah ia, kajilah dalam pengajian, dalam buku-buku islam, dalam setiap majelis, dalam setiap obrolan.
“Pada hari ini Aku telah menyempurnakan untuk kalian agama kalian, mencukupkan bagi kalian nikmat-Ku, dan meridhai Islam sebagai agama kalian.” – QS Al-Maidah [5]: 3.
Semoga catatan ini berguna bagi penulis, dan juga para pembaca sekalian.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
Nafis Abdullah 10 Desember 2009
Referensi:
Buku Berpikir dan Berjiwa Besar
Buku Hafal Al-Quran dalam Sebulan
Kisah hidup
Buku Berpikir dan Berjiwa Besar
Buku Hafal Al-Quran dalam Sebulan
Kisah hidup
0 comments:
Posting Komentar
Silakan isi box ini jika ingin berkomentar